Rabu, 24 November 2010

Islam di Tengah Kita

Sebagaimana difahami bersama, agama yang diridloi oleh Allah adalah Islam. Al-Qur’an telah menjelaskan secara terperinci bagaimana islam itu berawal dan diamalkan. Tujuan Islam yang utama adalah sebagai ajaran yang menyelamatkan umat manusia. Oleh sebab itu, di sini sedikit-banyak mengulas tentang ‘Islam” dilihat dari kebahasaan dan hakikat ajaran melalui pembahasan ayat-ayat Al-Qur’an.

Ditinjau dari asal bahasa, Islam berasal dari kata kerja aslama yang berarti ‘berlaku patuh’. Namun dalam Encyclopedia of Islam and the Muslim Word menjelaskan bahwa Islam berasal dari kata dasar (masdar) yang berarti tindakan atau ketundukan secara total atas kehendak Allah. Dengan begitu ciri khas muslim (orang yang memeluk agama Islam, orang yang ‘menyerahkan diri’) adalah perilaku seseorang yang tunduk dan patuh sepenuhnya, di mana dalam ajaran Islam kepatuhan itu diajarkan melalui rasa keimanan kepada Allah Swt sebagai Tuhan dan Nabi Muhammad sebagai rosul.

Dalam Al-Qur’an salah satu ayat yang menerangkan kejelasan Islam tercantum dalam surat Ali Imron ayat 84-85 yang artinya sebagaimana di bawah ini;

(84). Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan Hanya kepada-Nyalah kami menyerahkan diri."

(85). Barangsiapa mencari agama selain agama islam, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.

Dari ayat di atas ketundukan yang dilakukan seorang ummat merupakan apa yang pernah dilakukan oleh nabi-nabi terdahulu, yang tidak ditemukan adanya perbedaan sedikit pun atas ajaran yang dibawa oleh mereka. Kemudian ditegaskan kembali pada ayat selanjutnya, bahwa ketundukan pada selain yang dibawa oleh Islam, maka bukanlah arti dari ketundukan yang sebenarnya.

Ada dua istilah dalam ayat di atas yang dibedakan diantara keduanya, yakni tindakan islam dengan iman. Islam tidak lain merupakan langkah paling awal dalam keyakinan, suatu kepercayaan yang belum merasuk ke dalam hati. Maka semua ‘orang yang beriman sebenarnya ‘muslim’, tetapi kebalikannya tidak selalu benar. Artinya orang yang islam belum tentu ia iman. Hal ini dijelaskan dalam surat Al-Hujurat ayat 14-15 di bawah ini;

(14). Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami Telah beriman". Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi Katakanlah 'kami Telah tunduk', Karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

(15). Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, Kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar.

Perlu difahami bahwa islam yang dirujuk di sini terutama merujuk pada rumusan ‘Saya tunduk’ aslamtu, digunakan untuk pernyataan keyakinan secara formal. Yang dibuktikan dengan kenyataan bahwa seseorang yang telah bergabung dalam komunitas muslim tidak menjamin bahwa dia ‘iman’ dalam pengertian kata yang benar. Ungkapan aslamtu merupakan ‘performatif’ pemakaian bahasa yang melibatkan diri. Dengan kata lain, dengan menyatakan aslamtu, orang itu mengarahkan dirinya pada tipe perbuatan tertentu untuk waktu yang akan datang atau menunjukkan bahwa ia mempunyai niat tertentu.

Dengan mengambil inti sari dari pengakuan ‘ketundukan diri’ ini, aslamtu, menurut Imam Bukhori dibedakan atas dua macam islam; pertama, tipe Islam yang formal yang dimotivasikan sesuatu yang murni agama, seperi ketakutan dibunuh (oleh Muslim, seperti yang ditakutkan orang Quraisy saat terjadi Fathul Makah). Kedua, “Islam yang Benar” (al Islam a’la haqiqah) yang ditunjukkan dalam surat Ali Imron ayat 19.

(19). Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang Telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, Karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.

Dalam pengertian ini Islam ditegaskan berdasarkan ide seperti keserdehanaan, kesabaran, keperayaan, tidak adanya kemampuan berdiri sendiri dll. Seperti dijelaskan dalam surat Ali Imron ayat 17;

(17). (yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur.

Pada akhirnya, kesungguhan yang sebenar-benarnya dari ‘ketundukan yang merendah’ dalam konsep Al-Qur’an adalah sebagaimana digambarkan dari perjalanan nabi Ibrahim as, ketika beliau mendirikan Baitullah yang khusus didirikan hanya karena ketundukan kepadaNya. Dikutip di Al-Qur’an AL-Baqarah ayat 127-128/131-132;

(127). Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui". (128). Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah Taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.

131. Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: "Tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab: "Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam". (132). Dan Ibrahim Telah mewasiatkan Ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah Telah memilih agama Ini bagimu, Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar